TAFSIR SURAT AS SAFFAT AYAT 139-157

By | 29/01/2018

Tafsir Al Qur’an Surat As Saffat Ayat yang ke: 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, dan 157.
Dibawah ini menceritakan tentang kisah Nabi Yunus yang meninggalkan kaumnya dan naik kesebuah kapal berpenumpang penuh, kalah undian, hingga ditelan oleh ikan besar. Keutamaan berdzikir kepada Allah. Lalu terdapat dalil tentang batilnya keyakinan syirk dan batilnya anggapan-anggapan dusta seperti Tuhan mempunyai anak laki-laki dan perempuan, dll.

Baca juga:
Tafsir sebelumnya: As Saffat Ayat 158-182
Tafsir berikutnya: As Safat Ayat 114-138

Ayat 139-148: Kisah Nabi Yunus ‘alaihis salam dan keluarnya Beliau tanpa izin Tuhannya dari negeri tempat dakwahnya serta ujian yang menimpanya, dan keutamaan dzikrullah.

وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (١٣٩) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (١٤٠) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (١٤١) فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (١٤٢) فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (١٤٣) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (١٤٤) فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (١٤٥)وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (١٤٦) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (١٤٧) فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (١٤٨)

Terjemah Surat As Saffat Ayat 139-148

139. [1]Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul,

140. [2](ingatlah) ketika dia lari[3], ke kapal yang penuh muatan[4],

141. Kemudian dia ikut berundi[5] ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.

142. Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela[6].

143. Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikr (bertasbih) kepada Allah[7],

144. niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari berbangkit[8].

145. Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus[9], sedang dia dalam keadaan sakit[10].

146. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu[11].

147. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih[12],

148. Sehingga mereka beriman[13], karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka[14] hingga waktu tertentu.

Ayat 149-157: Batilnya keyakinan syirk dan batilnya anggapan-anggapan dusta mereka seperti Tuhan mempunyai anak laki-laki dan perempuan.

فَاسْتَفْتِهِمْ أَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُونَ (١٤٩) أَمْ خَلَقْنَا الْمَلائِكَةَ إِنَاثًا وَهُمْ شَاهِدُونَ (١٥٠) أَلا إِنَّهُمْ مِنْ إِفْكِهِمْ لَيَقُولُونَ (١٥١)وَلَدَ اللَّهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (١٥٢) أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ (١٥٣)مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ (١٥٤) أَفَلا تَذَكَّرُونَ (١٥٥) أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ (١٥٦) فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (١٥٧)

Terjemah Surat As Saffat Ayat 149=157

149. Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka[15], “Apakah anak-anak perempuan itu untuk Tuhanmu sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki[16]?”

150. Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)[17]?

151. Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan,

152. “Allah mempunyai anak.” Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta.

153. Apakah Dia (Allah) memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki?

154. Mengapa kamu ini? Bagaimana caranya kamu menetapkan[18]?

155. Maka mengapa kamu tidak memikirkan[19]?

156. Ataukah kamu mempunyai bukti yang jelas[20]?,

157. Kalau begitu[21], maka bawalah kitabmu jika kamu orang yang benar[22].
______________
[1] Ini adalah pujian Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada hamba dan Rasul-Nya yunus bin Mata ‘alaihis salam sebagaimana Dia memuji saudara-saudaranya dari kalangan para rasul dengan kenabian dan kerasulan serta berdakwah kepada Allah.

[2] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan tentang Yunus, bahwa Dia pernah menghukumnya dengan hukuman duniawi, lalu Allah selamatkan dia karena iman dan amalnya yang saleh.

[3] Yang dimaksud dengan lari di sini ialah pergi meninggalkan kewajiban. Ia lakukan hal itu karena marah kepada kaumnya. Lihat pula surah Al Anbiyaa’: 87-88.

[4] Kapal tersebut penuh oleh penumpang dan barang-barang sehingga bebannya semakin berat.

[5] Undian itu diadakan karena muatan kapal itu sangat penuh. Jika tidak dikurangi mungkin akan tenggelam. Dipilih jalan undian, karena mereka (para penumpang) melihat tidak ada yang berhak untuk dijatuhkan dari kapal, maka yang adil adalah dilakukan undian.

Ketika itu, kapal tersebut digoyang oleh gelombang dari berbagai penjuru dan hampir saja tenggelam, para penumpang pun melakukan undian, di mana jika undian itu jatuh kepadanya, maka dialah yang harus melempar dirinya ke laut agar beban kapal menjadi ringan. Ternyata undian jatuh kepada Yunus ‘alaihis salam dan hal itu dilakukan sebanyak tiga kali namun tetap saja undian jatuh kepadanya, sedangkan para penumpang merasa berat jika Beliau melemparkan dirinya ke laut, maka Yunus segera melepaskan bajunya untuk melemparkan dirinya ke laut, lalu Allah memerintahkan ikan besar dari laut hijau mendatangi Yunus dan menelannya, namun tidak sampai mengunyah daging dan mematahkan tulangnya, ikan besar itu pun datang dan menelan Nabi Yunus ‘alaihis salam, lalu membawanya mengelilingi lautan. Ketika Yunus telah berada di perut ikan itu, ia mengira bahwa ia telah mati, namun ketika ia gerakkan kepala, kaki dan ujung-ujung tubuhnya ternyata ia masih hidup, maka ia berdiri dan shalat di perut ikan itu sambil berdoa, yang di antara doanya adalah, “Yaa Rabbi, aku telah menjadikan masjid untuk-Mu di sebuah tempat (dalam perut ikan) yang tidak dijangkau manusia.” Para ulama berselisih tentang berapa lama Beliau tinggal di dalam perut ikan. Menurut Qatadah, tiga hari. Menurut Abu Ja’far Ash Shaadiq, tujuh hari, sedangkan menurut Abu Malik, empat puluh hari. Mujahid berkata dari Asy Sya’biy, “Ia ditelan di waktu Duha dan dimuntahkan di waktu sore.” Wallahu a’lam. (lihat Al Mishbaahul Muniir fii Tahdziib Tafsir Ibnu Katsir hal. 1164).

[6] Sebab Yunus tercela ialah karena dia lari meninggalkan kaumnya tanpa izin Tuhannya.

[7] Menurut Adh Dhahhak bin Qais, Abul ‘Aliyah, Wahb bin Munabbih, Qatadah dan lainnya, bahwa maksud ayat tersebut adalah kalau bukan karena amal (saleh)nya di saat lapang. Hal ini sesuai dengan hadits Ibnu Abbas yang berbunyi, “Ta’arraf ilallah fir rakhaa’ ya’rifka fisy syiddah.”(Kenalilah Allah di waktu lapang, maka Dia akan mengenalimu di waktu susah.”) diriwayatkan oleh Ahmad.

Adapun menurut Sa’id bin Jubair dan lainnya, bahwa maksud “Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikr (bertasbih) kepada Allah” adalah firman-Nya, “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (terj. Al Anbiya’: 87)

Menurut Syaikh As Sa’diy, kalau bukan karena di waktu yang lalu ia banyak beribadah kepada Tuhannya, bertasbih dan memuji-Nya, ditambah lagi ucapannya ketika berada di perut ikan, “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”

[8] Yakni perut ikan itu akan menjadi kuburnya sampai hari berbangkit.

[9] Yaitu dataran yang sepi, tidak ada manusia, pohon maupun tempat berteduh.

[10] Yakni disebabkan berada dalam perut ikan sehingga seperti anak burung yang baru dikeluarkan dari telur.

[11] Ini termasuk kelembutan Allah dan kebaikan-Nya kepadanya, demikian juga pengutusan-Nya kepada 100.000 orang atau lebih, Beliau mendakwahi mereka kepada Allah.

[12] Yaitu penduduk Neinawa. Maksud lebih adalah, bahwa penduduk tersebut semakin bertambah dan tidak berkurang.

[13] Ketika menyaksikan azab.

[14] Dengan dihindarkan-Nya azab dari mereka.

[15] Yakni kepada kaum musyrik yang menyembah malaikat dan menganggap bahwa mereka adalah puteri-puteri Allah. Mereka menggabung antara berbuat syirk dan menyifati Allah dengan sifat yang tidak layak dengan kebesaran-Nya.

[16] Orang musyrikin mengatakan bahwa Allah mempunyai anak-anak perempuan (malaikat), padahal mereka sendiri menganggap hina anak perempuan itu. Jelas yang demikian adalah pembagian yang tidak adil dan ucapan yang zalim, yaitu karena mereka menjadikan bagian yang terburuk, yaitu anak perempuan untuk Allah, sedangkan mereka tidak ridha jika bagian itu untuk mereka.

[17] Yakni bahkan tidak demikian. Mereka sendiri juga tidak menyaksikan penciptaan malaikat, oleh karena itu ucapan mereka menunjukkan bahwa mereka berkata-kata tanpa ilmu, bahkan berdusta atas nama Allah.

[18] Yakni sampai bersepakat menetapkan keputusan yang zalim.

[19] Bahwa Dia bersih dari sekutu dan anak, Dia juga tidak punya istri. Jika kamu berpikir, tentu kamu tidak akan mengatakan seperti itu.

[20] Baik dari kitab maupun rasul. Ternyata tidak ada.

[21] Yakni jika memang ada keterangannya dari kitab.

[22] Karena orang yang mengatakan sesuatu, namun ia tidak menegakkan hujjahnya, maka berarti ia telah berdusta atau berkata tentang Allah tanpa ilmu.
______________

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.