Tafsir Al Qur’an Surah Al A’raaf Ayat yang ke: 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, dan 188.
Ayat berikut ini menerangkan tentang penghuni neraka Jahanam dari golongan jin dan manusia karena tidak mendengan, melihat, dan memahami ayat-ayat-Nya. Berdoa dengan menyebut Asmaul Husna, balasan kepada orang yang menyalah artikan nama-Nya. Lalu terdapat ayat yang menyatakan bahwa Allah memberikan tenggat waktu sebuah siksaan pada orang zalim. Rahasia dan pengetahuan tentang hari kiamat beserta yang gaib hanya Allah-lah yang tahu. Dalil tentang Nabi Muhammad sebagai pembawa peringatan dan pembawa berita gembira, dll.
Baca juga: Tafsir Surat Al A’raaf Ayat 167-178
Ayat 179: Penjelasan tentang orang yang tidak mengikuti kebenaran, padahal ada dalil yang mengingatkannya, dan seperti inilah sifat penghuni neraka
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 179
179. Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak[1], bahkan lebih sesat lagi[2]. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
Ayat 180: Berdoa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dengan menyebut Asmaa’ul Husna
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 180
180. Dan Allah memiliki Asmaa-ul Husna (nama-nama yang terbaik)[3], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu[4] dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan nama-nama-Nya[5]. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat 181-186: Islam memuliakan ulama yang ikhlas, penangguhan kepada orang-orang yang zalim, serta perintah memperhatikan kerajaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala di alam semesta
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 181-186
181. Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan (dasar) kebenaran[6], dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil[7].
182. Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan)[8], dengan cara yang tidak mereka ketahui.
183. Dan aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka[9]. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.
184. Apakah mereka tidak merenungkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak gila[10]. Dia (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas[11].
185. Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang diciptakan Allah[12], dan kemungkinan telah dekatnya waktu (kebinasaan) mereka?[13] Lalu berita mana lagi setelah (Al Qur’an) ini yang akan mereka percayai?[14]
186. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan.
Ayat 187-188: Pengetahuan tentang hari Kiamat dan apa yang terjadi pada hari itu hanyalah milik Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Demikian pula pengetahuan tentang yang gaib tidak diketahui kecuali oleh-Nya, dan tidak ada seorang pun di antara makhluk-Nya yang mengetahuinya
Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 187-188
187. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba[15].” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[16].”
188. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah[17]. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya[18] dan tidak akan ditimpa bahaya[19]. Aku hanyalah pemberi peringatan[20], dan pembawa berita gembira[21] bagi orang-orang yang beriman.”
[1] Dalam hal tidak dapat memahami, memikirkan apa yang dilihat oleh matanya dan didengar oleh telinganya.
[2] Karena binatang ternak masih mau mencari hal yang memberinya manfaat dan menghindarkan dari bahaya, sedangkan mereka malah mendatangi bahaya, yaitu neraka padahal mereka memiliki hati, pendengaran dan penglihatan yang dapat digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, namun mereka malah tidak mau menggunakannya.
[3] Karena nama-nama tersebut menunjukkan sifat sempurna yang agung. Contohnya:
– Al ‘Aliim (Maha Mengetahui) yang menunjukkan bahwa Dia memiliki ilmu yang meliputi segala sesuatu, tidak keluar dari pengetahuan-Nya seberat biji dzarrah pun di langit maupun di bumi.
– Ar Rahiim yang menunjukkan bahwa Dia memiliki sifat rahmat (sayang) yang agung dan luas mengena kepada segala sesuatu.
– Al Qadiir yang menunjukkan bahwa Dia memiliki kekuasaan yang menyeluruh, tidak dapat dikalahkan oleh sesuatu.
– Dsb.
[4] Misalnya berkata, “Yaa Razzaq, urzuqnaa.” (artinya: Wahai Pemberi rezeki, berilah kami rezeki), “Yaa ghafuur, ighfir lii” (artinya: Wahai Maha Pengampun, ampunilah aku), “Yaa rahiiim, irhamnii” (artinya: Wahai Maha Penyayang, sayangilah aku), dsb.
[5] Maksudnya: Jangan hiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk nama-nama selain Allah. Contoh ilhad adalah:
– Berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dengan nama yang tidak sesuai dengan doanya. Misalnya meminta ampunan dengan nama-Nya Al Hasib (Yang Menghisab). Seharusnya dengan nama-Nya Al Ghafuur (Maha Pengampun).
– Menambah dan mengurangi. Maksud menambah adalah menambah dari yang diizinkan, yaitu dengan mentasybih (menyerupakan dengan makhluk), sedangkan maksud mengurangi adalah mengurangi dari yang diperintahkan, yaitu meniadakan.
– Perbuatan yang dilakukan orang-orang musyrik, mereka menamai berhala mereka dengan ‘Uzaa dari nama Allah Al ‘Aziz, dan menamai dengan nama Laata, yang diambil dari laaz “Allah”. Maha suci Allah dari hal tersebut.
[6] Di antara orang-orang yang diciptakan Allah ada orang-orang yang sempurna dan menyempurnakan orang lain; mereka mengetahui kebenaran dan mengamalkannya, mengajarkannya dan mengajak manusia kepadanya.
[7] Ketika memutuskan, baik dalam masalah harta, darah, hak-hak, maupun lainnya.
[8] Dengan memperbanyak rezeki mereka.
[9] Sehingga mereka mengira bahwa mereka tidak akan disiksa dan diberikan hukuman.
[10] Perhatikanlah akhlaknya, petunjuknya, sifatnya, dan seruannya, bukankah mereka tidak mendapatkan selain sifat, akhlak, akal dan pendapatnya yang sempurna pada dirinya, di samping itu Beliau tidaklah mengajak selain kepada semua kebaikan, dan tidak melarang selain daripada keburukan.
[11] Yang mengajak manusia kepada perkara yang menyelamatkan mereka dari azab dan mendatangkan pahala.
[12] Manusia apabila memperhatikan kerajaan langit dan bumi, tentu akan memperoleh dalil yang menunjukkan keesaan Allah dan sifat-sifat sempurna yang dimiliki-Nya. Demikian pula apabila mereka melihat salah satu ciptaan Allah, maka di sana dia akan mendapatkan dalil terhadap ilmu Allah, kekuasaan-Nya, hikmah-Nya, luas rahmat dan ihsan-Nya, serta menunjukkan berlakunya kehendak Allah dan menunjukkan sifat-sifat-Nya yang agung yang sesungguhnya menunjukkan bahwa Allah sendiri yang mencipta dan mengatur alam semesta. Hal ini sudah barang tentu mengharuskan agar Dia (Allah) saja yang disembah.
[13] Hendaknya mereka memperhatikan keadaan mereka, karena boleh jadi maut datang kepada mereka secara tiba-tiba ketika mereka sedang lengah, sehingga mereka tidak mampu mengejar hal yang telah luput.
[14] Apakah berita dusta dan sesat yang mereka percayai ataukah berita yang benar ini (Al Qur’an)? Akan tetapi, walau bagaimana pun juga orang yang disesatkan Allah sudah tidak ada jalan lagi untuk menunjukinya sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya.
[15] Tanpa disadari sebelumnya.
[16] Sehingga mereka berkeinginan keras untuk mengetahui padahal yang demikian tidak patut dilakukan, terlebih mereka biasanya tidak bertanya tentang sesuatu yang lebih penting dan malah meninggalkan ilmu yang seharusnya mereka ketahui, serta lebih senang pergi menuju sesuatu yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya, padahal mereka tidak dituntut untuk mengetahuinya.
[17] Yakni karena diriku adalah seorang yang fakir dan diatur, tidak ada satu pun kebaikan yang datang kepadaku melainkan berasal dari Allah, dan tidak ada yang menghilangkan bahaya yang menimpaku selain Dia, dan aku pun tidak mengetahui apa-apa selain yang diajarkan Allah kepadaku.
[18] Yakni mengerjakan sebab-sebab yang menghasilkan maslahat dan manfaat.
[19] Akan tetapi, karena aku tidak mengetahui yang ghaib, maka aku tertimpa bahaya dan luput bagiku berbagai maslahat dunia dan manfaatnya. Ayat yang mulia ini menerangkan kesalahan orang yang meminta dan berdoa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memperoleh manfaat atau menghindarkan bahaya. Demikian pula menerangkan salahnya orang yang menganggap bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui yang ghaib.
[20] Bagi orang-orang kafir dengan neraka.
[21] Dengan surga.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Al A’raaf, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.