Tafsir al Qur’an Surat Yunus Ayat yang ke: 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, dan 70.
Ayat dibawah ini menjelaskan tentang Allah yang Maha Mengawasi dan Maha Menyaksikan tiap gerak-gerik hamba. Dalil tentang wali-wali Allah yang tidak takut dan tidak bersedih hati, sehingga mendapakan keamanan dan kebahagiaan. Hukum dan aturan Allah untuk alam semesta, semua yang ada dilangit dan dibumi hanyalah milik Allah, tanda-tanda yang menunjukkan keesaan_Nya. Bantahan-bantahan terhadap kaum Yahudi, Nasrani, dan musyrik.Azab yang ditimpakan kepada mereka, dll
Baca Juga: Tafsir Surat Yunus Ayat 45-60
Ayat 61: Luasnya ilmu Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Dia mengetahui apa yang dilakukan manusia; yang baik maupun yang buruk, dan tidak ada seberat dzarrah pun yang luput dari pengetahuan-Nya
Terjemah Surat Yunus Ayat 61
61.[1] Tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan[2], dan tidak membaca suatu ayat Al Quran serta tidak pula kamu mengerjakan suatu pekerjaan[3], melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya[4]. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah (semut kecil), baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada suatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)[5].
Ayat 62-64: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka akan menjadi wali-Nya yang tidak ada kekhawatiran dan kesedihan bagi mereka, dan mereka akan mendapatkan kabar gembira
Terjemah Surat Yunus Ayat 62-64
62. Ingatlah, wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka[6], dan mereka tidak bersedih hati[7].
63. (Yaitu) orang-orang yang beriman[8] dan senantiasa bertakwa.
64. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia[9] dan di akhirat[10]. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah[11]. Demikian itulah kemenangan yang agung[12].
Ayat 65-70: Alam semesta memiliki undang-undang atau aturan yang tidak berubah, barang siapa yang mendapat petunjuk, maka dialah yang beruntung dan sukses
Terjemah Surat Yunus Ayat 65-70
65. Dan janganlah engkau (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka[13]. Sungguh, kemuliaan itu seluruhnya milik Allah[14]. Dia Maha Mendengar[15] lagi Maha Mengetahui[16].
66. Ingatlah, milik Allah meliputi siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi[17]. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah[18], tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka[19], dan mereka hanyalah menduga-duga[20].
67. Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya[21] dan (menjadikan) siang terang benderang (agar kamu dapat mencari karunia Allah). Sungguh, yang demikian itu terdapat tanda-tanda[22] bagi orang-orang yang mendengar[23].
68.[24] Mereka (orang-orang Yahudi, Nasrani, dan kaum musyirik) berkata, “Allah mempuyai anak.” Mahasuci Dia[25], Dia Maha Kaya[26]; milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang di bumi[27]. Kamu tidak mempunyai alasan kuat tentang ini[28]. Pantaskah kamu mengatakan tentang Allah apa yang kamu tidak ketahui?[29]
69. Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah[30] tidak akan beruntung[31].”
70. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) ketika di dunia[32], selanjutnya kepada Kami-lah mereka kembali[33], kemudian Kami rasakan kepada mereka azab yang berat, karena kekafiran mereka.
[1] Dalam ayat ini, Alah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang perhatian dan pengawasan-Nya terhadap semua keadaan hamba baik geraknya mereka maupun diamnya. Dalam ayat ini terkandung ajakan untuk selalu merasakan pengawasan-Nya.
[2] Baik terkait dengan agama maupun dunia.
[3] Besar atau kecil.
[4] Oleh karena itu, hendaklah kamu selalu merasakan pengawasan Allah dalam semua amalmu, kerjakanlah dengan ikhlas dan sungguh-sungguh serta jauhilah perkara yang dibenci Allah, karena Dia mengetahui keadaanmu zahir (lahir) maupun batin.
[5] Oleh karena itu, segala sesuatu telah diketahui oleh Allah dan telah dicatat-Nya dalam Lauh Mahfuzh, di samping telah dikehendaki dan diciptakan-Nya. Namun demikian, apa yang dikehendaki-Nya terjadi tidak mesti perkara tersebut dicintai Allah, yang dicintai Allah adalah apabila sejalan dengan syari’at-Nya.
[6] Dalam hal yang akan mereka hadapi di masa mendatang.
[7] Di akhirat, karena amal mereka yang dahulu adalah baik. Oleh karena mereka tidak takut dan tidak bersedih hati, maka mereka mendapakan keamanan dan kebahagiaan serta kebaikan yang banyak yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala..
[8] Yakni beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadar yang baik dan yang buruk, serta mereka benarkan iman mereka dengan amal, yaitu dengan bertakwa (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya). Berdasarkan ayat ini, maka setiap mukmin adalah wali Allah, dan tingkat kewaliannya tergantung sejauh mana ketakwaan mereka kepada-Nya.
[9] Seperti dengan mimpi yang baik yang dialami seseorang, pujian yang baik, dicintai oleh orang-orang mukmin, dimudahkan-Nya mengerjakan perbuatan baik dan dijauhkan dari mengerjakan yang buruk. Wal hasil, kabar gembira di sini mencakup segala kebaikan dan pahala yang Allah berikan di dunia dan akhirat karena iman dan ketakwaannya.
[10] Dengan diberi kabar gembira surga ketika nyawa mereka dicabut sebagaimana diterangkan dalam surat Fushshilat: 30, demikian juga ketika di kubur, dan ketika di akhirat dengan kabar gembira yang paling sempurna, yaitu masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka.
[11] Apa yang Allah janjikan adalah benar, tidak mungkin dirubah dan diganti, karena Dia Maha Benar ucapan-Nya dan tidak ada seorang pun yang dapat menyelisihi qadar dan qadha’-Nya.
[12] Karena kemenangan tersebut mengandung selamat dari hal yang dikhawatirkan dan memperoleh apa yang diinginkan.
[13] Seperti ucapan mereka, “Kamu bukanlah seorang rasul.” Sesungguhnya ucapan itu tidaklah memuliakan mereka dan tidak berbahaya bagimu.
[14] Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dan mencegahnya dari siapa yang Dia kehendaki.
[15] Semua ucapan.
[16] Semua perbuatan. Oleh karena itu, Dia akan membalas mereka dan akan menolongmu.
[17] Semua milik Allah, hamba-Nya dan ciptaan-Nya, Dia berhak bertindak terhadap mereka apa yang Dia kehendaki dengan hukum-hukum-Nya. Semuanya milik Allah, ditundukkan-Nya dan diatur-Nya, mereka tidak berhak sedikit pun disembah dan mereka bukan sekutu Allah dari sisi apa pun.
[18] Seperti patung dan berhala.
[19] Mereka menyangka bahwa sekutu-sekutu itu adalah tuhan yang dapat memberi syafaat bagi mereka. Padahal persangkaan itu tidaklah membuahkan kebenaran.
[20] Jika persangkaan mereka benar, yakni patung-patung dan berhala adalah sekutu Allah, maka tunjukkanlah sifat-sifatnya yang menjadikannya berhak untuk disembah, dan apakah patung dan berhala itu mampu menciptakan, memberi rezeki, menguasai atau mengatur malam dan siang?
[21] Jika tidak ada malam, tentu mereka tidak dapat beristirahat.
[22] Yakni tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah, bahwa hanya Dia yang berhak diibadahi, dan menunjukkan bahwa beribadah kepada selain-Nya adalah batil. Demikian juga menunjukkan bahwa Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
[23] Yakni mendengar yang disertai mentadabburi (merenungi) dan mengambil pelajaran.
[24] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitakan tentang kebohongan orang-orang musyrik terhadap Allah Rabbul ‘alamin.
[25] Dari memiliki anak. Pernyataan ini merupakan bantahan pertama.
[26] Yakni tidak membutuhkan seorang pun, hanya orang yang butuh saja yang mencari anak. Pernyataan ini merupakan bantahan kedua.
[27] Pernyataan ini merupakan bantahan ketiga, yakni milik-Nya, hamba-Nya dan ciptaan-Nya semua yang ada di langit dan di bumi. Termasuk hal yang sudah maklum, bahwa anak itu sama seperti bapak, bukan makhluk. Oleh karena selain-Nya adalah makhluk, maka mereka bukanlah anak, bahkan milik-Nya, hamba-Nya dan ciptaan-Nya.
[28] Sebagai bantahan keempat, yakni apakah mereka memiliki keterangan dan alasan kuat yang dapat mereka tunjukkan bahwa Allah memiliki anak. Oleh karena mereka tidak memiliki keterangan dan alasan kuat, maka dapat diketahui bahwa pernyataan mereka adalah batil, dan bahwa hal itu merupakan berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu.
[29] Sebagai bantahan kelima.
[30] Seperti menisbatkan sekutu dan anak kepada-Nya.
[31] Yakni tidak akan berbahagia.
[32] Selama mereka hidup.
[33] Setelah mati.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Yunus, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.