Tafsir Al Qur’an Surat Hud Ayat yang ke: 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, dan 123.
Berikut ini menerangkan tentang dalil shalat wajib beserta waktu-waktunya. Larangan berbuat buruk/kemaksiatan dan kerusakan di muka bumi. Hikmah dari Allah yang tidak menjadikan manusia sebagai umat satu/Islam. Lalu menerangkan tentang kisah-kisah para Rasul terdahulu sebagai peringatan bagi orang beriman dan menjadikan Nabi Muhammad memiliki hati yang tenang, teguh dan bisa bersabar.
Baca juga: Tafsir Surat Hud Ayat 96-113
Ayat 114-117: Pentingnya menjaga shalat lima waktu, dorongan berbuat kebaikan dan larangan mengadakan kerusakan di bumi
Terjemah Surat Hud Ayat 114-117
114.[1] Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang)[2] dan pada bagian permulaan malam[3]. Perbuatan-perbuatan baik itu[4] menghapus kesalahan-kesalahan[5]. Itu[6] peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)[7].
115. Dan bersabarlah[8], karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan[9].
116.[10] Maka mengapa tidak ada di antara umat-umat sebelum kamu orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang yang telah Kami selamatkan[11]. Dan orang-orang yang zalim[12] hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa[13].
117. Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim[14], selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan (beriman)[15].
Ayat 118-119: Sunnatullah pada perpecahannya manusia dan keputusan-Nya kepada mereka pada hari Kiamat
Terjemah Surat Hud Ayat 118-119
118. Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu[16], tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)[17],
119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu[18]. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka[19]. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”
Ayat 120-123: Menerangkan bahwa setiap kisah yang Allah ceritakan berupa kisah-kisah para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sebagai pelajaran bagi kaum mukmin, serta menjelaskan penyerahaan mutlak kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala
Terjemah Surat Hud Ayat 120-123
120.[20] Dan semua kisah rasul-rasul[21], Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu[22]; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat[23] dan peringatan bagi orang yang beriman[24].
121. Dan katakanlah (Muhammad) kepada orang yang tidak beriman[25], “Berbuatlah menurut keadaanmu (sekarang), kami pun benar-benar akan berbuat (menurut keadaan kami)[26],
122. dan tunggulah (akibat perbuatanmu), sesungguhnya kami pun termasuk yang menunggu.”
123. Dan milik Allah meliputi rahasia langit dan bumi[27] dan kepada-Nya segala urusan dikembalikan[28]. Maka sembahlah Dia[29] dan bertawakkallah kepada-Nya[30]. Dan Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan[31].
[1] Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki yang mencium seorang wanita, lalu laki-laki itu datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan hal itu, maka turunlah kepada Beliau ayat, “Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” Laki-laki itu berkata, “Apakah ayat ini untukku?” Beliau bersabda, “Untuk orang yang melakukan demikian di kalangan umatku.” Dalam riwayat Muslim dan para pemilik kitab sunan dari Ibnu Mas’ud disebutkan, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mendapatkan seorang wanita di kebun, lalu aku berbuat segala sesuatu dengannya, hanya saja aku tidak menjima’inya; aku mencium dan memeluknya. Oleh karena itu, lakukanlah terhadapku apa yang engkau kehendaki…dst.”
[2] Yakni shalat Subuh, Zhuhur dan ‘Ashar.
[3] Yaitu Maghrib dan Isya. Termasuk ke dalamnya shalat malam, karena ia dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala berdasarkan lafaz “wa zulafam minal lail.”
[4] Seperti shalat yang lima waktu dan shalat-shalat sunat.
[5] Yakni dosa-dosa kecil, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Shalat yang lima waktu, shalat Jum’at yang satu ke shalat Jum’at berikutnya, dan Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya mengapuskan dosa-dosa antara keduanya apabila ia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
[6] Kata “itu” di sini bisa tertuju kepada perintah-perintah sebelumnya, yaitu tetap istiqmah di atas jalan yang lurus, tidak melampaui batas, tidak cenderung kepada orang-orang zalim, mendirikan shalat dan penjelasan bahwa kebaikan-kebaikan dapat menghapuskan kesalahan-kesalahan.
[7] Dengannya mereka dapat memahami perintah dan larangan Allah, dan mereka bisa mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang membuahkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Akan tetapi, perbuatan tersebut butuh usaha keras dari dalam diri manusia dan kesabaran, oleh karenanya pada ayat selanjutnya Allah memerintahkan bersabar.
[8] Yakni terhadap gangguan kaummu atau bersabarlah dalam mendirikan shalat atau secara umum bersabar di atas ketaatan dan bersabar dalam menjauhi kemaksiatan.
[9] Yaitu mereka yang bersabar di atas ketaatan dan bersabar dalam menjauhi kemaksiatan.
[10] Setelah sebelumnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan tentang kebinasaan umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan bahwa kalau sekiranya di kalangan umat-umat itu ada orang-orang yang utama yang mengajak kepada petunjuk dan melarang perbuatan buruk, tentu mereka akan selamat, akan tetapi sedikit sekali orang yang melakukan. Oleh karena itu, umat akan tetap eksis selama mereka mengikuti petunjuk Allah yang dibawa oleh para rasul, dan jika mereka meninggalkannya, maka mereka akan binasa.
[11] Mereka melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar sehingga mereka selamat.
[12] Baik dengan melakukan kerusakan di bumi (kemaksiatan) maupun dengan tidak melakukan nahi munkar padahal mampu.
[13] Oleh karena itu, mereka mesti diberi hukuman dan dibinasakan oleh azab. Dalam ayat ini terdapat dorongan kepada umat ini agar di tengah-tengah mereka ada orang-orang yang utama yang mengadakan perbaikan, yang menegakkan agama Allah, mengajak orang yang tersesat kepada petunjuk, bersabar terhadap gangguan dan menerangkan jalan yang lurus kepada masyarakat yang sebelumnya nampak gelap di hadapan mereka. Orang yang melakukannya kedudukannya dalam agama adalah tinggi dan pelakunya menjadi imam dalam agama ini apabila dia melakukannya ikhlas karena Allah Rabbul ‘alamin.
[14] Dia tidak berbuat zalim kepada mereka.
[15] Oleh karena itu, Allah tidak akan membinasakan mereka kecuali apabila mereka berbuat zalim dan telah tegak hujjah kepada mereka. Maksud ayat ini bisa juga bahwa Allah tidak akan membinasakan neger-negeri karena kezaliman mereka yang dahulu apabila mereka telah rujuk dan memperbaiki amal mereka, karena Allah akan memaafkan mereka, dan menghapuskan kezaliman mereka yang telah lalu.
[16] Di atas agama yang satu, yaitu Islam.
[17] Hikmah-Nya menghendaki bahwa mereka akan senantiasa berselisih, menyelisihi jalan yang lurus, mengikuti jalan yang menghubungkan ke neraka, masing-masing melihat bahwa dirinya yang benar sedangkan yang lain salah.
[18] Yakni Allah menginginkan kebaikan untuk mereka, sehingga mereka tidak berselisih. Allah menunjukkan mereka kepada ilmu (pengetahuan terhadap kebenaran) dan amal, serta bersepakat di atasnya. Adapun selain mereka, maka mereka akan dibiarkan dan dierahkan kepada diri mereka sendiri.
[19] Hikmah Allah menghendaki, Dia menciptakan mereka agar di antara mereka ada orang yang bahagia dan ada orang yang sengsara, ada orang yang bersatu, dan ada orang yang berselisih, ada yang diberi petunjuk dan ada yang mesti tersesat, agar semakin jelas kepada manusia keadilan-Nya, dan hikmah-Nya dan untuk memperlihatkan apa yang tersembunyi dalam diri manusia berupa kebaikan atau keburukan. Demikian juga agar lapangan jihad dan ibadah tegak, di mana hal itu tidak mungkin sempurna kecuali dengan adanya ujian dan cobaan. Di samping itu, karena kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” Sehingga Dia memudahkan penghuni neraka untuk memasukinya dengan mengerjakan amal yang akan menyampaikan mereka kepadanya.
[20] Setelah disebutkan dalam surat ini berita para nabi, maka disebutkan hikmahnya seperti yang tersebut di atas.
[21] Yang perlu diceritakan.
[22] Agar hatimu tenang, dapat teguh dan bisa bersabar sebagaimana para rasul ulul ‘azmi dapat bersabar. Hal itu, karena jiwa akan mengikuti, semangat beramal, berlomba dengan yang lain, dan kebenaran semakin kuat ketika disebutkan saksi-saksinya dan banyaknya orang yang melakukan.
[23] Sehingga mereka menjauhi perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dicintai-Nya.
[24] Karena merekalah yang dapat mengambil manfaat darinya, berbeda dengan orang-orang kafir, berbagai nasihat dan peringatan tidaklah beranfaat bagi mereka.
[25] Setelah ayat-ayat disampaikan kepada mereka.
[26] Dalam kata-kata ini terdapat ancaman.
[27] Allah mengetahui yang ghaib pada keduanya.
[28] Baik perbuatan maupun pelakunya, lalu Dia memisahkan yang baik dan yang buruk.
[29] Yakni kerjakanlah ibadah, yakni semua yang diperintahkan Allah yang mampu kamu lakukan, serta bertawakkallah kepada-Nya dalam hal itu.
[30] Karena Dia akan mencukupkanmu.
[31] Dia hanya menangguhkan mereka sampai waktunya tiba. Selesai tafsir surat Hud, wal hamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘alaa Muhammad wa sallam.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Yusuf, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.