Tafsir Al Qur’an Surat Ar Ra’d Ayat yang ke: 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan 43.
Ayat-Ayat berikut ini menjelaskan tentang perbandingan antara surga dan negara, gambaran surga bagi orang yang bertakwa. Seruan untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Dalil mengenai Al Qur’an sebagai peraturan (yang benar). Sifat para Rasul yang telah di utus oleh-Nya dan setiap rasul ada kitabnya yang sesuai dengan keadaan masanya. Dalil bahwa menikah termasuk sunnah para Rasul, dan lain-lain.
Baca juga: Tafsir Surat Ar Ra’d Ayat 25-34
Ayat 35-37: Gambaran kenikmatan yang akan diperoleh kaum mukmin di surga, orang-orang mukmin menerima Al Qur’an seluruhnya, dan peringatan agar tidak mengikuti orang-orang yang sesat
Terjemah Surat Ar Ra’d Ayat 35-37
35. Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai[1]; senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka[2].
36. Dan orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka[3] bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad)[4], dan ada di antara golongan yang bersekutu (kaum musyrik dan orang-orang Yahudi) yang mengingkari sebagiannya[5]. Katakanlah, “Aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.”
37. Dan demikianlah, Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab[6]. Sekiranya engkau mengikuti keinginan mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka tidak ada yang melindungi dan yang menolong engkau dari (siksaan) Allah.
Ayat 38-43: Sifat-sifat para rasul dan bahwa mereka adalah manusia, menikah termasuk sunnah para rasul, kemenangan Islam dan pertolongan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin
Terjemah Surat Ar Ra’d Ayat 38-43
38.[7] Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti (mukjizat) melainkan dengan izin Allah[8]. Untuk setiap masa ada kitab (tertentu)[9].
39. Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki[10]. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab[11].
40.[12] Dan sungguh jika Kami perlihatkan kepadamu (Muhammad) sebagian (siksaan) yang Kami ancamkan kepada mereka[13] atau Kami wafatkan engkau[14], maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kamilah yang menghisab amal mereka[15].
41. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi daerah-daerah (orang yang ingkar kepada Allah), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya[16]? Dan Allah menetapkan atin[17] (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya[18]; Dia Maha Cepat hisab-Nya[19].
42. Dan sungguh, orang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya[20], tetapi semua tipu daya itu dalam kekuasaan Allah[21]. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap orang[22], dan orang yang ingkar kepada Tuhan akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik)[23].
43. Orang-orang kafir berkata, “Engkau (Muhamad) bukanlah seorang rasul.” Katakanlah, “Cukuplah Allah[24] dan orang yang menguasai ilmu al kitab[25] menjadi saksi antara aku dan kamu.”
[1] Ada sungai madu, sungai arak, sungai susu, dan sungai-sungai air biasa yang mengalir tanpa parit, lalu sungai-sungai itu menyirami kebun dan pepohonan, dan menghasilkan berbagai macam buah-buahan.
[2] Bandingkanlah keadaan keduanya, betapa jauh perbedaannya.
[3] Yaitu orang-orang Yahudi yang telah masuk agama Islam seperti Abdullah bin salam dan orang-orang Nasrani yang telah memeluk agama Islam.
[4] Karena sesuai dengan kitab yang ada pada mereka.
[5] Seperti ketika disebutkan Ar Rahman, dan ketika yang disampaikan selain kisah-kisah.
[6] Di mana hal itu menghendaki engkau memutuskan masalah di antara manusia dengannya. Ada pula yang mengartikan, “hukman ‘arabiyya” dengan kokoh dan rapi dalam bahasa Arab.
[7] Yakni kamu (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) bukanlah rasul yang pertama kali diutus kepada manusia sehingga mereka mengganggap aneh terhadap kerasulanmu. Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul dari kalangan manusia, sebagaimana Dia telah mengutus sebelum Beliau para rasul dari kalangan manusia yang butuh makan, minum, berjalan di pasar, mendatangi istri, memiliki anak dsb.
[8] Karena rasul itu hamba yang diatur. Allah Subhaanahu wa Ta’aala juga tidak mengizinkan kecuali pada waktu yang ditetapkan-Nya.
[9] Yang tidak maju dan tidak mundur. Ada yang mengartikan, bahwa bagi setiap rasul ada kitabnya yang sesuai dengan keadaan masanya.
[10] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menghapus taqdir-Nya dan menetapkan sesuai yang Dia kehendaki. Perubahan ini bukanlah pada taqdir yang terdahulu yang telah didahului ilmu-Nya dan dicatat oleh pena-Nya, karena taqdir ini sudah tidak dapat dirubah lagi, yang demikian karena jika masih dirubah sama saja terjadi kekurangan dalam ilmu-Nya.
[11] Syaikh As Sa’di berkata, “Yakni Lauh Mahfuzh, di mana semua perkara kembali kepadanya, ia merupakan pokoknya, sedangkan perkara-perkara itu cabang dan rantingnya. Perubahan hanyalah terjadi pada cabang dan ranting, seperti halnya amalan yang dilakukan pada siang dan malam hari yang dicatat oleh malaikat. Allah mengadakan sebab-sebab untuk tetapnya dan mengadakan sebab-sebab untuk terhapusnya, dan sebab-sebab itu tidak melewati apa yang tertulis dalam Lauh Mahfuzh, sebagaimana Allah menjadikan birrul walidain, silaturrahim dan ihsan termasuk sebab panjang umur dan luasnya rezeki, dan sebagaimana Dia menjadikan maksiat sebagai sebab tercabutnya keberkahan rezeki dan umur, dan sebagaimana Dia menjadikan sebab-sebab selamat dari kebinasaan sebagai sebab untuk keselamatan, dan menjadikan coba-coba kepadanya sebagai sebab untuk binasa. Dialah yang mengatur urusan sesuai kemampuan dan iradah-Nya, dan apa yang diatur-Nya tidaklah menyalahi apa yang telah diketahui-Nya dan ditulis-Nya dalam Lauh Mahfuzh.”
[12] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Beliau agar Beliau tidak tergesa-gesa meminta disegerakan azab yang diancamkan. Yang demikian karena kalau pun mereka tetap di atas kekufuran dan keangkuhan, mereka tetap akan mendapatkan azab yang diancamkan itu.
[13] Di saat engkau masih hidup sehingga dirimu lega.
[14] Sebelum mengazab mereka.
[15] Apabila mereka telah kembali kepada Kami, lalu Kami berikan balasan kepada mereka.
[16] Yaitu dengan membinasakan orang-orang yang mendustakan dan orang-orang yang zalim. Ada pula yang mengatakan, yaitu dengan ditaklukkannya negeri-negeri kaum musyrik. Ada pula yang mengatakan, yaitu dengan mengurangi harta dan fisik mereka. Ada pula yang berpendapat lain. Menurut Syaikh As Sa’diy, zhahirnya –dan Allah yang lebih mengetahui- bahwa maksudnya adalah negeri-negeri mereka yang mendustakan (para rasul), Allah jadikan dapat ditaklukkan dan dibinasakan, dan tepi-tepinya tertimpa bencana untuk mengingatkan mereka sebelum mereka dihabiskan oleh pengurangan (daerah sedikit demi sedikit), dan Allah akan menimpakan mereka berbagai musibah yang tidak dapat ditolak oleh siapa pun.
[17] Mencakup hukum syar’i-Nya (terkait dengan syari’at-Nya), qadari-Nya (terkait dengan taqdir-Nya di alam semesta) dan jaza’i-Nya (terkait dengan balasan).
[18] Oleh karena hukum-Nya demikian bijaksana dan tepat, tidak ada cela dan kekurangan sama sekali, bahkan tegak di atas keadilan dan pujian, sehingga tidak ada jalan untuk mengkritik atau mencelanya; berbeda dengan hukum selain-Nya yang terkadang sesuai dengan kebenaran dan terkadang tidak.
[19] Oleh karena itu, janganlah meminta disegerakan azab, karena semua yang akan tiba itu sama saja dekat.
[20] Terhadap nabi-nabi mereka.
[21] Oleh karena itu, tipu daya mereka tidaklah dapat menimpakan apa-apa kecuali dengan izin-Nya, sesuai qadha’ dan qadar-Nya, dan tipu daya itu akan kembali kepada mereka sehingga mereka kecewa dan menyesal.
[22] Niatnya, kehendaknya, dan amalnya yang nampak maupun yang tersembunyi diketahui-Nya, termasuk tipu daya mereka.
[23] Apakah untuk mereka atau untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya. Mereka akan mengetahui ketika orang-orang kafir masuk ke dalam neraka, dan orang-orang mukmin masuk ke surga.
[24] Persaksian Allah Ta’ala ada yang berupa firman-Nya, perbuatan-Nya dan pengakuan-Nya. Firman-Nya adalah wahyu-Nya yang disampaikan kepada Beliau yang mengokohkan kerasulan-Nya. Perbuatan-Nya adalah dengan penguatan-Nya dan pertolongan-Nya yang diberikan kepada Rasul-Nya sehingga Beliau dapat mengalahkan musuh-musuh-Nya. Sedangkan pengakuan-Nya adalah pemberitahuan-Nya bahwa Beliau adalah utusan-Nya. Dia juga memerintahkan semua manusia untuk mengikuti Beliau.
[25] Yaitu ulama-ulama ahli kitab yang memeluk agama Islam. Di zaman dahulu ada Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya yang menguasai al kitab dan mereka pun memeluk Islam, sedangkan di zaman sekarang tidak sedikit missionaris dan pendeta yang memeluk Islam. Selesai tafsir surah Ar Ra’d dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamin.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Ar Ra’d, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.