Tafsir Al Qur’an Surat Ibrahim Ayat yang ke: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 , 8, 9, 10, 11, dan 12.
Surat Ibrahim adalah surat yang ke-14 dan terdiri dari 52 ayat.
Termasuk kedalam golongan Surat Makkiyyah.
Baca juga: Tafsir Surat Ar Ra’d
Ayat 1-4: Tujuan diturunkan kitab dan diutus rasul, dan bahwa hidayah dan kesesatan di Tangan Allah Subhaanahu wa Ta’aala
Terjemah Surat Ibrahim Ayat 1-4
1. Alif, Laam Raa. (Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan[1] kepada cahaya terang benderang[2] dengan izin Tuhan[3], (yaitu) menuju jalan Tuhan[4] Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji[5].
2. Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi[6]. Celakalah bagi orang-orang yang kafir[7] karena siksaan yang sangat berat,
3. (yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada (kehidupan akhirat)[8], dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah[9] dan menginginkan agar jalan itu bengkok[10]. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh[11].
4. Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya[12], agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka[13]. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki[14], dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Mahaperkasa[15] lagi Mahabijaksana[16].
Ayat 5-8: Pengutusan Nabi Musa ‘alaihis salam, diingatkannya kaumnya terhadap nikmat-nikmat Allah, dan bahwa mensyukuri nikmat dapat menambah nikmat itu. Demikian pula menjelaskan bahwa Nabi Musa ‘alaihis salam dan para rasul sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin kaum mereka masing-masing
Terjemah Surat Ibrahim Ayat 5-8
5. Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami[17], (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu[18] dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.[19]” Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar[20] dan banyak bersyukur[21].
6. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah[22] nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, menyembelih anak-anakmu yang laki-laki[23], dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; pada yang demikian itu terdapat suatu cobaan yang besar dari Tuhanmu.”
7. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan[24], “Sesungguhnya jika kamu bersyukur[25], niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)[26], maka pasti azab-Ku sangat berat[27].”
8. Dan Musa berkata, “Jika kamu dan orang yang ada di bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah)[28], maka sesungguhnya Allah Maha Kaya[29] lagi Maha Terpuji[30].”
Ayat 9-12: Sikap umat manusia menghadapi ajaran rasul, setiap kebenaran pada awalnya ditolak, disebutkannya sikap umat-umat terdahulu dengan para rasul mereka, serta pentingnya sabar dan tawakal dalam berdakwah
Terjemah Surat Ibrahim Ayat 9-12
9.[31] Apakah belum sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad[32], Tsamud[33] dan orang-orang setelah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka[34] selain Allah. Rasul-rasul telah datang kepada mereka membawa bukti-bukti (yang nyata)[35] namun mereka menutupkan tangannya ke mulutnya[36] (karena kebencian), dan berkata[37], “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan kami benar-benar dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu serukan kepada kami.”
10. Rasul-rasul mereka berkata, “Apakah ada keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?[38] Dia menyeru kamu (untuk beriman) agar Dia mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu[39] sampai waktu yang ditentukan?” Mereka berkata,: “Kamu hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu ingin menghalangi (menyembah) apa yang dari dahulu disembah oleh nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata[40].”
11. Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, “Kami hanyalah manusia seperti kamu[41], tetapi Allah memberi karunia (kenabian) kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya[42]. Tidak pantas bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah[43]. Dan hanya kepada Allah saja hendaknya orang yang beriman bertawakkal[44].
12. Dan mengapa kami tidak bertawakkal kepada Allah, sedangkan Dia telah menunjukkan jalan kepada kami[45], dan kami sungguh, akan tetap bersabar[46] terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang bertawakkal berserah diri[47].”
[1] Yakni gelapnya kebodohan, kekafiran, akhlak yang buruk serta berbagai kemaksiatan.
[2] Yakni cahaya pengetahuan, keimanan, akhlak yang mulia serta berbagai ketaatan.
[3] Dengan kehendak dan pertolongan-Nya. Dalam ayat ini terdapat dorongan kepada hamba agar meminta pertolongan kepada Tuhan mereka.
[4] Yang mengandung pengetahuan terhadap kebenaran dan pengamalannya.
[5] Menurut Syaikh As Sa’diy, disebutkan nama-Nya “Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji” setelah menyebutkan jalan yang mengarah kepada-Nya sebagai isyarat, bahwa barang siapa yang menempuh jalan itu, maka ia menjadi orang yang mulia dengan kemuliaan dari Allah, dan menjadi orang yang kuat, meskipun ia tidak memiliki pembela selain Allah, lagi terpuji dalam segala urusannya dan berkesudahan baik.
[6] Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya. Oleh karena itu, Dia yang berhak menetapkan syari’at bagi hamba-hamba-Nya.
[7] Yakni orang-orang yang tidak mau mengikuti jalan-Nya itu.
[8] Mereka merasa puas dan tenteram dengan kehidupan dunia, dan lupa terhadap akhirat.
[9] Jalan yang sudah disiapkan untuk hamba-hamba-Nya, yang diterangkan melalui kitab-kitab-Nya dan melalui lisan para rasul-Nya. Jalan tersebut maksudnya adalah agama Islam.
[10] Di antaranya dengan memperburuk citranya, akan tetapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka beriman kepada Allah dan ayat-ayat-Nya, menyukai kehidupan akhirat daripada dunia, mengajak manusia ke jalan Allah, menghiasnya dan menerangkan lurusnya jalan itu.
[11] Dari kebenaran.
[12] Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab itu, bukanlah berarti bahwa Al Qu’an untuk bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh manusia.
[13] Yakni untuk memahamkan mereka apa yang dibawanya.
[14] Yakni mereka yang tidak mau mengikuti petunjuk.
[15] Di antara contoh keperkasaan-Nya adalah bahwa Dia sendiri yang memberi petunjuk dan menyesatkan manusia dan Dia pula yang membolak-balikkan hati mereka.
[16] Di antara contoh kebijaksanaan-Nya adalah, bahwa Dia tidak meletakkan hidayah dan menyesatkan kecuali kepada orang yang tepat dan layak.
[17] Yang menunjukkan kebenarannya.
[18] Bani Israil.
[19] Yang dimaksud dengan hari-hari Allah adalah peristiwa yang telah terjadi pada umat-umat terdahulu serta nikmat dan siksa yang dialami mereka. Dengan mengingat hal itu, seseorang dapat mengetahui sempurnanya kekuasaan Allah, meratanya ihsan-Nya, sempurnanya keadilan dan hikmah-Nya.
[20] Ketika menderita.
[21] Ketika mendapatkan nikmat.
[22] Baik dengan hati maupun dengan lisan.
[23] Yang baru lahir. Mereka lakukan hal itu karena perkataan para dukun yang memberitahukan, bahwa bayi yang baru lahir di kalangan Bani Israil akan menjadi sebab hilangnya kerajaan Fir’aun.
[24] Mendorong mereka untuk bersyukur.
[25] Terhadap nikmat-Ku dengan bertauhid dan taat. Syaikh As Sa’diy menerangkan tentang pengertian syukur, yaitu mengakui dengan hati nikmat Allah, memuji Allah terhadapnya, dan mengarahkan nikmat tersebut untuk mencari ridha Allah Ta’ala, sedangkan kufur adalah kebalikan dari itu.
[26] Dengan tetap kafir, syirk dan berbuat maksiat.
[27] Termasuk di antaranya adalah dengan mencabut nikmat yang diberikan-Nya.
[28] Maka kamu tidak dapat merugikan Allah sedikit pun juga.
[29] Allah tidak memerlukan syukur hamba-hamba-Nya, ketaatan yang mereka lakukan tidaklah menambah kerajaan-Nya, dan maksiat mereka pun tidak mengurangi kerajaan-Nya.
[30] Baik dzat-Nya, nama-Nya, sifat-Nya maupun perbuatan-Nya. Sifat yang dimiliki-Nya adalah sifat yang terpuji lagi sempurna. Semua nama-Nya indah, dan semua perbuatan-Nya baik.
[31] Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengan apa yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul ketika rasul datang kepada mereka, maka Allah hukum mereka dengan azab yang segera yang disaksikan oleh manusia dan didengarnya.
[32] Kaum Nabi Hud ‘alaihis salam.
[33] Kaum Nabi Saleh ‘alaihis salam.
[34] Karena banyaknya jumlah mereka dan berita tentang mereka telah hilang.
[35] Yang menunjukkan kebenaran mereka. Oleh karena itu, Allah tidaklah mengutus seorang rasul kecuali diberikan-Nya bukti-bukti yang menunjukkan kebenarannya, di mana bukti-bukti itu biasanya diimani manusia. Namun sayang, ketika rasul-rasul datang kepada mereka membawa bukti-bukti yang nyata, mereka tidak mau tunduk, bahkan menyombongkan diri terhadapnya.
[36] Ada yang menafsirkan, bahwa maksudnya mereka tidak mengucapkan kata-kata yang menunjukkan keimanan.
[37] Dengan tegas.
[38] Tidak ada keraguan tentang keesaan-Nya karena dalil-dalilnya yang begitu jelas.
[39] Dia mengajak kamu bukan untuk mengambil manfaat dari ibadah yang kamu lakukan, bahkan manfaatnya kembali kepada kamu, dosa-dosamu diampuni-Nya, amalmu diberi pahala, dan kamu diberi waktu sampai tiba ajalmu dengan tanpa menyiksamu.
[40] Yang menunjukkan kebenaranmu. Bukti yang nyata di sini maksudnya adalah sesuai permintaan mereka, karena sesngguhnya para rasul tidaklah datang kecuali dengan membawa bukti yang nyata.
[41] Seperti yang kamu katakan.
[42] Dengan wahyu dan risalah-Nya. Oleh karena itu, lihatlah apa yang kami bawa kepada kamu. Jika benar, maka terimalah, namun jika tidak maka silahkan tolak.
[43] Karena kami hanyalah hamba yang diatur. Allah-lah yang mendatangkannya jika Dia menghendaki, dan Dia tidaklah berbuat kecuali sesuai hikmah dan rahmat-Nya.
[44] Kepada Allah-lah orang-orang yang beriman bersandar dalam mendatangkan maslahat dan menolak madharrat karena mereka mengetahui sempurnanya pencukupan-Nya dan sempurnanya kekuasaan-Nya serta meratanya ihsan-Nya. Mereka juga mempercayakan kepada-Nya dalam memudahkan semua itu. Tingkat tawakkal mereka tergantung keimanan yang mereka miliki. Dari sini diketahui, bahwa tawakkal adalah wajib, dan bahwa ia termasuk lawazim (hal yang menyatu) dengan keimanan, dan termasuk ibadah yang besar yang dicintai Alah dan diridhai-Nya.
[45] Petunjuk yang diberikan-Nya kepada seseorang menghendaki untuk bertawakkal secara sempurna kepada-Nya. Dalam ayat ini terdapat isyarat dari para rasul ‘alaihimush shalaatu was salam kepada kaum mereka tentang ayat atau mukjizat yang besar, yaitu karena kaum mereka pada umumnya berada dalam kekuasaan, sedangkan rasul dan para pengikutnya dalam keadaan lemah, maka Rasul menantang mereka dengan tawakkalnya kepada Allah dalam menolak makar dan tipu daya mereka dan merasa yakin dengan pencukupan dari-Nya. Oleh karena itu, Allah melindungi rasul-Nya dari kejahatan mereka meskipun mereka berusaha untuk menyingkirkan kebenaran yang dibawa para rasul. Sehingga ayat ini sama seperti ucapan Nuh kepada kaumnya, “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (Terj. Nuh: 71)
[46] Mendakwahi dan menasehati kamu meskipun kamu menyakiti kami sambil berharap pahala dari Allah dan tetap berkeinginan baik kepada kamu, mudah-mudahan dengan sering diingatkan, kamu diberi-Nya hidayah
[47] Hal itu, k arena tawakkal kepada Allah merupakan kunci segala kebaikan. Tawakkal para rasul merupakan tawakkal yang sempurna, karena tawakkal dalam menegakkan agama-Nya dan menunjuki hamba-hamba-Nya serta menyingkirkan kesesatan dari mereka.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Ibrahim, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.