Tafsir Al Qur’an Surat Ibrahim Ayat yang ke: 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, dan 22.
Ayat berikut ini menerangkan tentang orang kafir yang selalu menolak kebenaran, menentang dakwah para Rasul, bahkan mengusirnya. Binasanya orang kafir dan gambaran tentang neraka Jahanam beserta penghuninya. Lalu menerangkan tentang sikap iblis terhadap para pengikutnya ketika perkara (hisab) telah terselesaikan, dan lain-lain.
Baca juga: Tafsir Surat Ibrahim 1-12
Ayat 13-18: Akibat yang diderita oleh kaum yang menolak kebenaran
Terjemah Surat Ibrahim Ayat 13-18
13.[1] Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka[2], “Kami pasti akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu benar-benar kembali kepada agama kami[3].” Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, “Kami pasti akan membinasakan orang yang zalim itu.
14. Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu setelah mereka[4]. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (menghadap) ke hadirat-Ku[5] dan takut kepada ancaman-Ku.”
15. Dan mereka memohon diberi keputusan[6], dan binasalah[7] semua orang yang berlaku sewenang-wenang[8] lagi keras kepala,
16. Di hadapannya ada neraka Jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah[9],
17. Diteguk-teguknya (air nanah itu)[10] dan dia hampir tidak bisa menelannya[11] dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan di hadapannya masih ada azab yang berat.
18. Perumpamaan orang yang kafir kepada Tuhannya, perbuatan mereka[12] seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang[13]. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia)[14]. Yang demikian itu adalah kesesatan[15] yang jauh.
Ayat 19-20: Kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam membinasakan orang-orang kafir
Terjemah Surat Ibrahim Ayat 19-20
19.[16] Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak(benar)? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru[17] (untuk menggantikan kamu),
20. Dan yang demikian itu tidak sukar bagi Allah[18].
Ayat 21-22: Akibat dari taqlid buta (ikut-ikutan tanpa ilmu), contoh percakapan antara penghuni neraka, dan sikap Iblis terhadap para pengikutnya
Terjemah Surat Ibrahim Ayat 21-22
21. Dan mereka semua menghadap[19] ke hadirat Allah[20], lalu orang yang lemah[21] berkata kepada orang yang sombong[22], “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu[23], maka dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab Allah (walaupun) sedikit saja?” Mereka menjawab, “Sekiranya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar. Kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.”
22. Dan setan[24] berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan[25], “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar[26], dan aku pun telah menjanjikan kepadamu[27] tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu[28], melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri[29]. Aku tidak dapat menolongmu dan kamu pun tidak dapat menolongku[30]. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” [31]Sungguh, orang yang zalim[32] akan mendapat siksaan yang pedih.
[1] Setelah disebutkan dakwah para rasul kepada kaumnya dan istiqamahnya mereka di atas itu serta tidak bosannya mereka melakukannya, maka disebutkan akhir keadaan mereka dengan kaum mereka.
[2] Mengancam para rasul.
[3] Mereka mengancam para rasul akan mengusir mereka dari negeri mereka, dan mereka menisbatkan negeri itu kepada diri mereka sambil menyangka bahwa Rasul tidak ada hak tinggal di negeri tersebut. Hal ini merupakan kezaliman yang besar, karena sesungguhnya Allah mengeluarkan hamba-hamba-Nya ke bumi dan memerintahkan mereka beribadah kepada-Nya serta menundukkan bumi dan apa yang berada di atasnya untuk membantu mereka beribadah kepada-Nya. Barang siapa yang menggunakannya untuk beribadah kepada Allah, maka bumi itu halal baginya. Akan tetapi barang siapa yang menggunakannya untuk kafir kepada-Nya dan melakukan berbagai kemaksiatan, maka bumi itu tidak diperuntukkan kepadanya dan tidak halal baginya. Dari sini diketahui, bahwa musuh-musuh rasul sesungguhnya tidak berhak menempati negeri itu, apalagi sampai mengancam untuk mengusir rasul. Kalau pun merujuk kepada adat kebiasaan, maka rasul termasuk warganya. Oleh karena itu, atas dasar apa mereka menghalangi hak para rasul untuk menempati negeri tersebut? Bukankah hal itu menunjukkan tidak adanya agama dan kebijaksanaan. Oleh karena itu, ketika sudah seperti ini keadaannya, maka tidak ada jalan selain membinasakan mereka.
[4] Setelah mereka binasa.
[5] Menghadap ke hadirat Allah ialah pertemuan dengan Allah Subhaanahu wa Ta’aala pada hari kiamat untuk dihisab.
[6] Mereka meminta disegerakan keputusan Allah dan pemisahan-Nya terhadap wali-wali-Nya dan musuh-musuh-Nya, maka datanglah keputusan itu. Jika mereka tidak meminta disegerakan, maka sesungguhnya Allah Maha Penyantun, tidak lekas menyiksa orang yang bermaksiat kepada-Nya.
[7] Yakni rugilah di dunia dan akhirat.
[8] Sombong dari menaati Allah Azza wa Jalla, sombong terhadap kebenaran (dengan menolaknya), sombong terhadap hamba Allah (dengan merendahkannya) dan bersikap sombong di bumi lagi menentang rasul.
[9] Ada yang mengatakan, bahwa shadid (lihat ayat tersebut) adalah yang keluar dari perut penghuni neraka bercampur nanah dan darah.
[10] Diteguknya minuman itu seteguk demi seteguk karena pahitnya.
[11] Karena keengganannya, namun terpaksa meminumnya.
[12] Yakni perbuatan mereka yang saleh, seperti silaturrahim, sedekah, dan sebagainya dalam hal tidak ada manfaatnya adalah seperti abu yang ditiup angin kencang. Bisa juga maksud perbuatan di sini adalah usaha atau tipu daya mereka untuk menolak kebenaran, yakni akan menjadi sia-sia dan kembali menimpa mereka.
[13] Sehingga berhamburan, yang menunjukkan sia-sianya amal mereka.
[14] Yakni mereka tidak mendapatkan pahalanya, karena amalan tersebut dibangun di atas kekafiran dan mendustakan.
[15] Yakni kebinasaan.
[16] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengingatkan hamba-hamba-Nya, bahwa Dia yang menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran (bukan dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah), agar manusia menyembah Allah, mengenal-Nya, agar Dia memerintah dan melarang mereka, dan agar mereka menjadikan keduanya (langit dan bumi) sebagai dalil yang menunjukkan sifat-Nya yang sempurna, dan agar mereka mengetahui -bahwa yang menciptakan langit dan bumi meskipun begitu luas dan besar- mampu membangkitkan kembali mereka yang telah mati untuk memberikan balasan terhadap amal mereka.
[17] Yang lebih taat kepada Allah daripada kamu. Bisa juga maksudnya, bahwa jika Dia menghendaki Dia dapat membinasakan mereka lalu membangkitkan mereka.
[18] Bahkan hal itu mudah bagi-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala juga berfirman di ayat lain, “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (Terj. Luqman: 28)
[19] Lafaz “Barazuu” (menghadap) di ayat tersebut menggunakan fi’il madhi (kata kerja lampau) untuk menunjukkan benar-benar akan terjadi.
[20] Yaitu ketika sangkakala ditiup yang kedua kalinya. Ketika itu, mereka keluar dari kubur menghadap Tuhan mereka, lalu mereka berdiri dan berkumpul di padang mahsyar yang datar; tidak ada tempat yang rendah dan tidak ada tempat yang tinggi. Di sana mereka saling berbantah-bantahan, dan masing-masing membela dirinya sendiri.
[21] Yakni para pengikut.
[22] Yakni orang yang diikuti yang menjadi pemimpin kesesatan.
[23] Ketika di dunia. Kamu memerintahkan kami perintah yang menyesatkan, menghiasi kesesatan itu sehingga kami pun tersesat.
[24] Yakni Iblis.
[25] Dan para penghuni surga masuk ke surga, sedangkan para penghuni neraka masuk ke neraka, dan mereka berkumpul di hadapan Iblis.
[26] Yaitu janji akan membangkitkan kamu dan memberikan balasan, atau janji Allah lainnya yang disampaikan oleh rasul-rasul-Nya, namun kalian tidak mau menaati. Kalau kalian menaati, tentu kalian akan memperoleh keberuntungan yang besar.
[27] Yakni menjanjikan bahwa kebangkitan dan pembalasan itu tidak ada atau membayangkan angan-angan yang kosong.
[28] Untuk memaksamu berbuat maksiat. Atau maksudnya, tidak ada hujjah (alasan) untuk menguatkan perkataanku, aku hanya mampu membuat syubhat, membujuk dan melakukan penghiasan terhadap kemaksiatan sehingga kamu melakukannya. Dalam ayat lain disebutkan, “Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (Terj. An Nahl: 100) Maksudnya adalah kekuasaan untuk membujuk dan mengajak mereka berbuat maksiat. Adapun kekuasaan dalam arti hujjah (memiliki alasan) atau memaksa orang lain berbuat maksiat, maka ia tidak memilikinya.
[29] Karena mematuhi seruanku.
[30] Masing-masing memperoleh bagian dari azab.
[31] Selanjutnya Allah berfirman.
[32] Yakni orang-orang kafir.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Ibrahim, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.